hidup ini pilihan, bukan?
jika terdapat dua pilihan yang sama-sama menanggung resiko tapi harus memilih satu opsi, apa yang akan dipilih?
hidup dengan keluarga yang lengkap tapi selalu berbeda pendapat yang selalu berujung konflik pula, serta ada rasa tak suka satu sama lain, dan tak dipandang sebelah mata karna kelengkapan itu,
atau
hidup dengan keluarga yang tidak lengkap tapi dapat saling menghargai dan menghormati satu sama lain, serta dapat berbagi, dan sayangnya dipandang sebelah mata atas kekurangan yang sangat jelas terlihat.
setiap pilihan pasti ada nilai tambah dan nilai kurangnya, dan pilihan itu sulit ditentukan.
bahagia kita yang menentukan, tapi jika tidak bisa menentukan apa yang harus kita lakukan?
tidakkah egois bahagia diatas penderitaan yang lain?
dan tidakkah merana menderita demi kebahagiaan yang lain?
adel

cerita ini dipersembahkan untuk cinta, demi cinta, dan kepada cinta.
Jumat, 30 Desember 2011
Kamis, 17 November 2011
siapa bilang ini terlambat?
kita hanya berhenti sejenak, meresapi senyuman dan kenangan yang kita punya di sepanjang perjalanan selama ini.
moammar emka
moammar emka
kamu adalah semata rindu itu
rindu. satu-satunya kemewahan yang kumiliki.
ada padamu, titik! selalu ingin ku beri dan tak ingin kuingkari.
pada larik-lariknya, aku bisa berkaca tenang
dambaku yang merajuk senyap, dan memendarkan getar pesakitan. setia tergopoh berlari ke arahmu, kapanpun itu.
adalah semata dirimu yang membuat diriku luar biasa.
adalah rekah-tawa dan lebam-tangis yang membuat kebersamaan kita selama ini menjadi berharga dan bermakna.
adalah dirimu, semata sebab yang menghadirkan bahagiaku berlinang air mata.
moammar emka
ada padamu, titik! selalu ingin ku beri dan tak ingin kuingkari.
pada larik-lariknya, aku bisa berkaca tenang
dambaku yang merajuk senyap, dan memendarkan getar pesakitan. setia tergopoh berlari ke arahmu, kapanpun itu.
adalah semata dirimu yang membuat diriku luar biasa.
adalah rekah-tawa dan lebam-tangis yang membuat kebersamaan kita selama ini menjadi berharga dan bermakna.
adalah dirimu, semata sebab yang menghadirkan bahagiaku berlinang air mata.
moammar emka
Rabu, 16 November 2011
cinta tak pernah cukup
tak pernah ada kata cukup bagi cintamu.
itulah sebab kenapa aku setia mengikuti jalanmu.
mempercayakan hatiku dalam genggamanmu
ikhlaslah yang membuatku larut dalam lautan cintamu.
i love you.
moammar emka
itulah sebab kenapa aku setia mengikuti jalanmu.
mempercayakan hatiku dalam genggamanmu
ikhlaslah yang membuatku larut dalam lautan cintamu.
i love you.
moammar emka
rumah hatimu
rumah.
sejauh mana pun aku melangkah dan berlari, kepadanya juga aku kembali.
rumah.
karena disanalah hati begitu nyaman berdiam.
ada rindu yang terus bernyawa.
membawa inginku selalu kembali kepadanya.
rumah itu kamu.
semesta nyaman yang menjalar dan teduh yang berjajar.
menguar rindu yang tak terbilang.
mengeja cinta tanpa tanda tanya berulang-ulang.
rumah itu, hatimu.
moammar emka
sejauh mana pun aku melangkah dan berlari, kepadanya juga aku kembali.
rumah.
karena disanalah hati begitu nyaman berdiam.
ada rindu yang terus bernyawa.
membawa inginku selalu kembali kepadanya.
rumah itu kamu.
semesta nyaman yang menjalar dan teduh yang berjajar.
menguar rindu yang tak terbilang.
mengeja cinta tanpa tanda tanya berulang-ulang.
rumah itu, hatimu.
moammar emka
satu-satunya kesalahanku adalah mencintaimu
kesalahan berlapis yang ku syukuri.
karena tak pernah ada penyesalan yang mengikuti.
karena bisa mencintaimu adalah sebuah keajaiban sempurna yang mengakar lekang dalam barisan hari.
hari itu.. ketika kita bersama mengucapkan janji, tunduk teduh pada keakuan hati, detik ini, dan selamanya, nanti.
absurd tapi absolut.
begitu mengagumkan kemiripan antara cinta dan kegilaan.
dua-duanya serba tak terduga.
rinduku padamu telah membumi hanguskan kewarasan, itulah nyatanya.
seperti lilin yang membakar dirinya hingga luluh lantak pada ketiadaan.
menjadi awal seperti sedia kala, senyawa dalam dirinya tanpa api yang berpijar sebagai titik pengakhirannya.
moammar emka
karena tak pernah ada penyesalan yang mengikuti.
karena bisa mencintaimu adalah sebuah keajaiban sempurna yang mengakar lekang dalam barisan hari.
hari itu.. ketika kita bersama mengucapkan janji, tunduk teduh pada keakuan hati, detik ini, dan selamanya, nanti.
absurd tapi absolut.
begitu mengagumkan kemiripan antara cinta dan kegilaan.
dua-duanya serba tak terduga.
rinduku padamu telah membumi hanguskan kewarasan, itulah nyatanya.
seperti lilin yang membakar dirinya hingga luluh lantak pada ketiadaan.
menjadi awal seperti sedia kala, senyawa dalam dirinya tanpa api yang berpijar sebagai titik pengakhirannya.
moammar emka
Sabtu, 30 Juli 2011
relikui kematian
Tongkat Elder
Tongkat Elder, yang melegenda sepanjang sejarah sebagai "Tongkat Kematian" atau "Tongkat Takdir", adalah tongkat sihir yang sangat kuat yang dibuat dari kayu pohon elder. Kemungkinan, tongkat ini adalah tongkat yang paling kuat yang pernah ada, dan bila digunakan oleh pemiliknya yang sah, ia kemungkinan tidak dapat dikalahkan dalam duel. Sebagaimana biasanya tongkat-tongkat sihir lainnya, Tongkat ini pun tidak akan mengizinkan dirinya digunakan untuk mencelakai pemiliknya yang sah. Kepemilikan tongkat sihir pun merupakan hal yang rumit. Sebagaimana dinyatakan oleh pembuat tongkat sihir Ollivander, kepemilikan suatu tongkat sihir hanya dapat dipindahkan secara tepat. Tongkat ini akan menundukkan diri kepada seorang pemilik yang baru, jika pemilik lamanya dikalahkan, dilucuti, dipingsankan, atau dibunuh. Hal ini dapat terjadi baik melalui duel sihir maupun melalui jalan non-sihir (membunuh seperti Muggle, misalnya). Jika pemilik tongkat meninggal tanpa dikalahkan, maka kekuatan tongkat sihir akan padam juga karena kekuatan itu tidak pernah dimenangkan dari pemiliknya.
Setelah menyombongkan tongkat sihirnya yang tak terkalahkan, Antioch Peverell tewas terbunuh ketika tidur oleh seorang musuh yang menginginkan tongkat itu. Sejak itu, tongkat sihir ini berpindah-pindah tangan di antara para penyihir yang haus kekuasaan. Setelah melalui beberapa masa, tongkat itu jatuh ke tangan Gregorovitch, seorang pembuat tongkat sihir Bulgaria. Gregorovitch berkoar mengenai Tongkat Elder yang dimilikinya untuk menaikkan popularitasnya ketika ia menghadapi persaingan dengan Ollivander. Ia berusaha mengungkapkan rahasia kedigdayaan Tongkat itu. Tongkat Elder kemudian jatuh ke tangan Gellert Grindelwald, yang mencurinya dari pembuat tongkat sihir yang terkenal itu. Tidak diketahui apakah Gregorovitch berhasil mengungkapkan rahasia Tongkat itu tapi ia mendapatkan reputasi terkenal di Eropa. Grindelwald kemungkinan memingsankan Gregorovitch ketika ia mencuri tongkat itu, karena Grindelwald mendapatkan kesetiaan tongkat itu. Kepemilikan Tongkat Elder kemudian berpindah ke Albus Dumbledore ketika ia mengalahkan Grindelwald.
Ketika Dumbledore merencanakan kematiannya dengan Severus Snape, ia memaksudkan agar Snapelah yang mendapatkan Tongkat Elder tersebut. Dumbledore berharap agar dengan demikian kekuatan tongkat itu pun akan turut padam mengikuti kematiannya. Namun demikian, karena Draco Malfoy melucuti Dumbledore, maka rencana ini gagal dan Draco menjadi pemilik baru dari tongkat itu tanpa menyadarinya. Setelah kematian Dumbledore, tongkat ini diletakkan di dalam makam putihnya. Voldemort kemudian membuka makam tersebut dan mencuri tongkat itu menjadi miliknya. Belakangan ia menyadari bahwa ia tidak menjadi pemilik sesungguhnya dari tongkat itu karena ia tidak mengalahkan pemilik sebelumnya. Ia salah mengira bahwa tongkat itu telah menjadi milik Snape, karena Snapelah yang membunuh Dumbledore. Hak atas tongkat itu kemudian berpindah kepada Harry setelah ia melucuti Draco, walaupun Draco belum pernah sekalipun memegang Tongkat Elder itu.
Voldemort meluncurkan empat kali Kutukan Pembunuh kepada Harry, tetapi setiap kali selalu mengalami kegagalan. Kutukan Pembunuh yang pertama gagal, menurut Dumbledore, dikarenakan pengorbanan diri Lily Potter untuk melindungi Harry, dan setelahnya Harry menjadi Horcrux secara tidak sengaja. Kutukan yang kedua terjadi dalam buku keempat, ketika kedua inti tongkat melindungi Harry dan memberikan waktu kepada Harry untuk melarikan diri. Dalam kutukan pembunuh yang ketiga, Tongkat Elder menghancurkan bagian jiwa Voldemort yang berada dalam Harry (Voldemort tidak dapat membunuh Harry, tapi ia dapat menghancurkan bagian dari dirinya sendiri). Kutukan Pembunuh yang ketiga ini merobohkan Harry hingga ia masuk ke kondisi seperti-mati untuk beberapa saat, di mana ia mendapatkan pilihan untuk "terus melanjutkan" ke kehidupan setelah kematian, atau kembali ke dunia, dan ia memilih kembali. Kutukan Cruciatus Voldemort, yang digunakan terhadap Harry ketika Voldemort mengira bahwa ia telah tewas, tidak menyebabkan kesakitan atas Harry. Dalam pertempuran terakhir, Tongkat Elder mengenali tuannya yang sesungguhnya dan ketika menghadapi mantera Expelliarmus dari Harry, tongkat itu menyebabkan kutukan pembunuh terakhir Voldemort berbalik dan membunuh dirinya sendiri. Harry adalah pemilik yang sejati dari tongkat itu dan tongkat itu tidak dapat menyakitinya.
tongkat itu akhirnya di patahkan dan di buang oleh harry potter.
Batu Kebangkitan
Batu Kebangkitan memiliki kekuatan bagi pemiliknya untuk melihat dan berkomunikasi dengan mereka yang sudah meninggal. pemilik aslinya, Cadmus Peverell, membunuh dirinya sendiri setelah melihat tunangannya yang telah meninggal tapi tidak sungguh-sungguh bersama-sama dengannya. Setelah beberapa waktu, batu itu menjadi milik Marvolo Gaunt dalam bentuk cincin. Baik Albus Dumbledore dan Gellert Grindelwald menginginkan batu tersebut, tapi untuk alasan yang berbeda. Sementara Dumbledore menginginkannya untuk berkomunikasi dengan keluarganya yang telah meninggal, Grindelwald bermaksud menggunakannya untuk membuat tentara Inferi. Voldemort mengubah cincin itu menjadi sebuah Horcrux, tanpa menyadari kemampuan sihir dari batu yang bertahta pada cincin tersebut. Batu ini kemudian digunakan terakhir oleh Harry Potter sebelum ia menghadapi Lord Voldemort.
Dumbledore menemukan cincin tersebut di antara reruntuhan rumah keluarga Gaunt, dan dengan segera menyadari bahwa benda itu adalah horcrux sekaligus salah satu dari ketiga Relikui Kematian. Karena kegairahannya akan penemuan Batu Kebangkitan itu, Dumbledore melupakan bahwa Horcrux itu kemungkinan besar telah dikutuk. Dimotivasi oleh hasrat terdalamnya, ia segera mencoba mempergunakan Batu itu untuk berbicara dengan keluarganya yang telah meninggal. Namun demikian, kutukan yang terdapat pada horcrux itu merusakkan lengannya dan mulai menyebar ke seluruh tubuhnya. Walaupun penyebaran itu berhasil dilokalisasi oleh Severus Snape di sebatas lengannya yang rusak dan menghitam saja, Dumbledore sama saja telah dihukum mati, hanya memiliki kemungkinan satu tahun untuk hidup. Sebelum meminta pertolongan Snape, Dumbledore telah menghancurkan terlebih dahulu Horcrux tersebut, dengan menggunakan pedang Godric Gryffindor. Batu itu kemudian diwariskan kepada Harry dalam wasiat Dumbledore, tersembunyi dalam Golden Snitch, yang ditangkap Harry dalam pertandingan Quidditch pertamanya. Snitch ini menampakkan sebuah pesan "Aku membuka pada akhirnya" ketika bersentuhan dengan bibir Harry. Harry tidak dapat membuka Snitch hingga akhirnya ketika ia hendak mengorbankan dirinya untuk dibunuh oleh Voldemort, ia menyadari bahwa "akhirnya" berarti kematian. Ketika ia membisikkan, "Aku sedang menuju kematian", Snitch itu membuka dan memperlihatkan Batu Kebangkitan di dalamnya. Harry menggunakan batu itu untuk memanggil orang tuanya, Sirius Black, dan Remus Lupin yang menenangkan dirinya sebelum ia menemui Voldemort.
Batu tersebut tergelincir dari jari-jari Harry yang kebas di Hutan Terlarang.
Jubah Gaib
Jubah Gaib memiliki kekuatan untuk menutupi penggunanya dari penglihatan Sang Maut. Jubah Gaib ini adalah jubah gaib yang sejati yang tidak dapat lekang oleh waktu maupun mantera, seperti jubah gaib biasa lainnya yang digambarkan dalam dunia Harry Potter yang ditenun dari rambut makhluk gaib yang dikenal seperti Demiguise, yang dapat menjadi buram seiring waktu dan mudah dirusak oleh beragam mantera. Jubah ini pada mulanya dimiliki oleh Ignotus Peverell yang dimakamkan di Godric's Hollow, dan diwariskan turun-temurun hingga kepada James Potter dan, akhirnya kepada Harry Potter, yang akhirnya menemukan bahwa dirinya adalah keturunan Ignotus. Jubah ini tidak sedang dipegang oleh James Potter ketika ia terbunuh; karena sebelumnya telah dipinjamkannya kepada Dumbledore yang memiliki ketertarikan besar akan Relikui Kematian. Ketika ia menyadari bahwa James Potter kemungkinan memiliki Jubah Gaib legendaris itu, ia meminjamnya untuk "mempelajarinya". sihir sejati Jubah itu dapat melindungi baik pemilik maupun orang lainnya, sebagaimana yang dialami Harry dan kawan-kawannya sepanjang seri ini.
Ular tidak dapat melihat mereka yang ada dibalik Jubah Gaib, tapi mereka dapat merasakan pergerakan dan panas tubuh, sehingga dapat mendeteksi orang yang bersembunyi. Pengguna Jubah Gaib juga dapat dideteksi menggunakan mantera "Homenum Revelio". Dalam Harry Potter dan Piala Api, "Mad-Eye Moody" palsu juga dapat melihat Harry ketika ia mempergunakan Jubah Gaib, dengan menggunakan mata ajaib Moody yang asli.
Harry memutuskan Jubah Gaib sebagai satu-satunya Relik yang akan disimpannya, dan bermaksud untuk mewariskannya kepada keturunannya.
Tongkat Elder, yang melegenda sepanjang sejarah sebagai "Tongkat Kematian" atau "Tongkat Takdir", adalah tongkat sihir yang sangat kuat yang dibuat dari kayu pohon elder. Kemungkinan, tongkat ini adalah tongkat yang paling kuat yang pernah ada, dan bila digunakan oleh pemiliknya yang sah, ia kemungkinan tidak dapat dikalahkan dalam duel. Sebagaimana biasanya tongkat-tongkat sihir lainnya, Tongkat ini pun tidak akan mengizinkan dirinya digunakan untuk mencelakai pemiliknya yang sah. Kepemilikan tongkat sihir pun merupakan hal yang rumit. Sebagaimana dinyatakan oleh pembuat tongkat sihir Ollivander, kepemilikan suatu tongkat sihir hanya dapat dipindahkan secara tepat. Tongkat ini akan menundukkan diri kepada seorang pemilik yang baru, jika pemilik lamanya dikalahkan, dilucuti, dipingsankan, atau dibunuh. Hal ini dapat terjadi baik melalui duel sihir maupun melalui jalan non-sihir (membunuh seperti Muggle, misalnya). Jika pemilik tongkat meninggal tanpa dikalahkan, maka kekuatan tongkat sihir akan padam juga karena kekuatan itu tidak pernah dimenangkan dari pemiliknya.
Setelah menyombongkan tongkat sihirnya yang tak terkalahkan, Antioch Peverell tewas terbunuh ketika tidur oleh seorang musuh yang menginginkan tongkat itu. Sejak itu, tongkat sihir ini berpindah-pindah tangan di antara para penyihir yang haus kekuasaan. Setelah melalui beberapa masa, tongkat itu jatuh ke tangan Gregorovitch, seorang pembuat tongkat sihir Bulgaria. Gregorovitch berkoar mengenai Tongkat Elder yang dimilikinya untuk menaikkan popularitasnya ketika ia menghadapi persaingan dengan Ollivander. Ia berusaha mengungkapkan rahasia kedigdayaan Tongkat itu. Tongkat Elder kemudian jatuh ke tangan Gellert Grindelwald, yang mencurinya dari pembuat tongkat sihir yang terkenal itu. Tidak diketahui apakah Gregorovitch berhasil mengungkapkan rahasia Tongkat itu tapi ia mendapatkan reputasi terkenal di Eropa. Grindelwald kemungkinan memingsankan Gregorovitch ketika ia mencuri tongkat itu, karena Grindelwald mendapatkan kesetiaan tongkat itu. Kepemilikan Tongkat Elder kemudian berpindah ke Albus Dumbledore ketika ia mengalahkan Grindelwald.
Ketika Dumbledore merencanakan kematiannya dengan Severus Snape, ia memaksudkan agar Snapelah yang mendapatkan Tongkat Elder tersebut. Dumbledore berharap agar dengan demikian kekuatan tongkat itu pun akan turut padam mengikuti kematiannya. Namun demikian, karena Draco Malfoy melucuti Dumbledore, maka rencana ini gagal dan Draco menjadi pemilik baru dari tongkat itu tanpa menyadarinya. Setelah kematian Dumbledore, tongkat ini diletakkan di dalam makam putihnya. Voldemort kemudian membuka makam tersebut dan mencuri tongkat itu menjadi miliknya. Belakangan ia menyadari bahwa ia tidak menjadi pemilik sesungguhnya dari tongkat itu karena ia tidak mengalahkan pemilik sebelumnya. Ia salah mengira bahwa tongkat itu telah menjadi milik Snape, karena Snapelah yang membunuh Dumbledore. Hak atas tongkat itu kemudian berpindah kepada Harry setelah ia melucuti Draco, walaupun Draco belum pernah sekalipun memegang Tongkat Elder itu.
Voldemort meluncurkan empat kali Kutukan Pembunuh kepada Harry, tetapi setiap kali selalu mengalami kegagalan. Kutukan Pembunuh yang pertama gagal, menurut Dumbledore, dikarenakan pengorbanan diri Lily Potter untuk melindungi Harry, dan setelahnya Harry menjadi Horcrux secara tidak sengaja. Kutukan yang kedua terjadi dalam buku keempat, ketika kedua inti tongkat melindungi Harry dan memberikan waktu kepada Harry untuk melarikan diri. Dalam kutukan pembunuh yang ketiga, Tongkat Elder menghancurkan bagian jiwa Voldemort yang berada dalam Harry (Voldemort tidak dapat membunuh Harry, tapi ia dapat menghancurkan bagian dari dirinya sendiri). Kutukan Pembunuh yang ketiga ini merobohkan Harry hingga ia masuk ke kondisi seperti-mati untuk beberapa saat, di mana ia mendapatkan pilihan untuk "terus melanjutkan" ke kehidupan setelah kematian, atau kembali ke dunia, dan ia memilih kembali. Kutukan Cruciatus Voldemort, yang digunakan terhadap Harry ketika Voldemort mengira bahwa ia telah tewas, tidak menyebabkan kesakitan atas Harry. Dalam pertempuran terakhir, Tongkat Elder mengenali tuannya yang sesungguhnya dan ketika menghadapi mantera Expelliarmus dari Harry, tongkat itu menyebabkan kutukan pembunuh terakhir Voldemort berbalik dan membunuh dirinya sendiri. Harry adalah pemilik yang sejati dari tongkat itu dan tongkat itu tidak dapat menyakitinya.
tongkat itu akhirnya di patahkan dan di buang oleh harry potter.
Batu Kebangkitan
Batu Kebangkitan memiliki kekuatan bagi pemiliknya untuk melihat dan berkomunikasi dengan mereka yang sudah meninggal. pemilik aslinya, Cadmus Peverell, membunuh dirinya sendiri setelah melihat tunangannya yang telah meninggal tapi tidak sungguh-sungguh bersama-sama dengannya. Setelah beberapa waktu, batu itu menjadi milik Marvolo Gaunt dalam bentuk cincin. Baik Albus Dumbledore dan Gellert Grindelwald menginginkan batu tersebut, tapi untuk alasan yang berbeda. Sementara Dumbledore menginginkannya untuk berkomunikasi dengan keluarganya yang telah meninggal, Grindelwald bermaksud menggunakannya untuk membuat tentara Inferi. Voldemort mengubah cincin itu menjadi sebuah Horcrux, tanpa menyadari kemampuan sihir dari batu yang bertahta pada cincin tersebut. Batu ini kemudian digunakan terakhir oleh Harry Potter sebelum ia menghadapi Lord Voldemort.
Dumbledore menemukan cincin tersebut di antara reruntuhan rumah keluarga Gaunt, dan dengan segera menyadari bahwa benda itu adalah horcrux sekaligus salah satu dari ketiga Relikui Kematian. Karena kegairahannya akan penemuan Batu Kebangkitan itu, Dumbledore melupakan bahwa Horcrux itu kemungkinan besar telah dikutuk. Dimotivasi oleh hasrat terdalamnya, ia segera mencoba mempergunakan Batu itu untuk berbicara dengan keluarganya yang telah meninggal. Namun demikian, kutukan yang terdapat pada horcrux itu merusakkan lengannya dan mulai menyebar ke seluruh tubuhnya. Walaupun penyebaran itu berhasil dilokalisasi oleh Severus Snape di sebatas lengannya yang rusak dan menghitam saja, Dumbledore sama saja telah dihukum mati, hanya memiliki kemungkinan satu tahun untuk hidup. Sebelum meminta pertolongan Snape, Dumbledore telah menghancurkan terlebih dahulu Horcrux tersebut, dengan menggunakan pedang Godric Gryffindor. Batu itu kemudian diwariskan kepada Harry dalam wasiat Dumbledore, tersembunyi dalam Golden Snitch, yang ditangkap Harry dalam pertandingan Quidditch pertamanya. Snitch ini menampakkan sebuah pesan "Aku membuka pada akhirnya" ketika bersentuhan dengan bibir Harry. Harry tidak dapat membuka Snitch hingga akhirnya ketika ia hendak mengorbankan dirinya untuk dibunuh oleh Voldemort, ia menyadari bahwa "akhirnya" berarti kematian. Ketika ia membisikkan, "Aku sedang menuju kematian", Snitch itu membuka dan memperlihatkan Batu Kebangkitan di dalamnya. Harry menggunakan batu itu untuk memanggil orang tuanya, Sirius Black, dan Remus Lupin yang menenangkan dirinya sebelum ia menemui Voldemort.
Batu tersebut tergelincir dari jari-jari Harry yang kebas di Hutan Terlarang.
Jubah Gaib
Jubah Gaib memiliki kekuatan untuk menutupi penggunanya dari penglihatan Sang Maut. Jubah Gaib ini adalah jubah gaib yang sejati yang tidak dapat lekang oleh waktu maupun mantera, seperti jubah gaib biasa lainnya yang digambarkan dalam dunia Harry Potter yang ditenun dari rambut makhluk gaib yang dikenal seperti Demiguise, yang dapat menjadi buram seiring waktu dan mudah dirusak oleh beragam mantera. Jubah ini pada mulanya dimiliki oleh Ignotus Peverell yang dimakamkan di Godric's Hollow, dan diwariskan turun-temurun hingga kepada James Potter dan, akhirnya kepada Harry Potter, yang akhirnya menemukan bahwa dirinya adalah keturunan Ignotus. Jubah ini tidak sedang dipegang oleh James Potter ketika ia terbunuh; karena sebelumnya telah dipinjamkannya kepada Dumbledore yang memiliki ketertarikan besar akan Relikui Kematian. Ketika ia menyadari bahwa James Potter kemungkinan memiliki Jubah Gaib legendaris itu, ia meminjamnya untuk "mempelajarinya". sihir sejati Jubah itu dapat melindungi baik pemilik maupun orang lainnya, sebagaimana yang dialami Harry dan kawan-kawannya sepanjang seri ini.
Ular tidak dapat melihat mereka yang ada dibalik Jubah Gaib, tapi mereka dapat merasakan pergerakan dan panas tubuh, sehingga dapat mendeteksi orang yang bersembunyi. Pengguna Jubah Gaib juga dapat dideteksi menggunakan mantera "Homenum Revelio". Dalam Harry Potter dan Piala Api, "Mad-Eye Moody" palsu juga dapat melihat Harry ketika ia mempergunakan Jubah Gaib, dengan menggunakan mata ajaib Moody yang asli.
Harry memutuskan Jubah Gaib sebagai satu-satunya Relik yang akan disimpannya, dan bermaksud untuk mewariskannya kepada keturunannya.
Jumat, 29 Juli 2011
The Tale of the Three Brothers
tiga laki-laki kakak beradik yang hendak menyeberangi sebuah sungai yang terlalu dalam dan terlalu berbahaya untuk direnangi. Tetapi karena mereka adalah para penyihir yang hebat, mereka menyihir sebuah jembatan yang menyeberangi sungai itu. Di tengah-tengah jembatan, mereka menemukan sebuah seseorang berkerudung, yakni Sang Maut itu sendiri. Sang Maut menjadi murka karena ketiga bersaudara yang pandai itu melewati sungai itu tanpa terluka sementara orang-orang sebelumnya yang berusaha melalui sungai itu semuanya tenggelam. Sang Maut berpura-pura mengucapkan selamat kepada para penyihir itu dan memberi tahu bahwa setiap dari mereka layak mendapatkan hadiah atas sihir mereka yang mengagumkan.
Saudara yang tertua, yang suka bertempur, meminta tongkat sihir tak terkalahkan yang layak untuk seorang penyihir yang telah mengalahkan Sang Maut. Untuk memenuhinya, Sang Maut mengambil ranting pohon Elder dan menciptakan sebuah tongkat sihir yang diberikannya kepada saudara tertua. Saudara yang kedua, yang angkuh, bermaksud mempermalukan Sang Maut lagi dan meminta kekuatan untuk memanggil yang telah mati. Sang Maut mengambil sebuah batu dari tepi sungai dan memberi tahu bahwa batu itu memiliki kekuatan kebangkitan. Saudara yang ketiga adalah yang paling rendah hati, paling bijaksana, dan tidak mempercayai Sang maut. Ia meminta sesuatu yang dapat membuatnya bepergian tanpa bisa diikuti Sang Maut. Jadi Sang Maut dengan sangat segan memberikan Jubah Gaib kepada saudara yang ketiga.
Setelah beberapa waktu, ketiganya berpisah dan pergi dalam pertualangan mereka masing-masing. Saudara yang tertua bertempur dalam duel yang selalu dimenangkan, membanggakan tongkat sihir yang didapatkannya dari Sang maut. Suatu malam, ketika ia sedang tidur, seorang penyihir yang iri hati mengendap-endap dan menggorok lehernya, lalu mengambil tongkat sihir itu untuk dirinya sendiri. Saudara yang pertama pun jatuh ke tangan Sang Maut. Saudara yang kedua memiliki sebuah rumah dan tinggal di sana sendirian. Ia mengambil batu itu suatu hari dan memutarkannya tiga kali di tangannya. Seorang wanita yang dicintainya, tapi telah meninggal dunia, muncul di sisinya. Wanita itu terpisahkan dari dunia kematian, sedih dan dingin. Saudara yang kedua menjadi gila dan membunuh dirinya sendiri untuk menyusul wanita yang dicintainya. Saudara yang kedua pun jatuh ke tangan Sang Maut. Namun demikian, Sang Maut tidak pernah menemukan saudara yang ketiga sampai ia melepaskan Jubahnya dan memberikannya pada putranya. Sang Maut pun muncul di sisi saudara yang ketiga yang menyambutnya sebagai kawan lama dan mereka pun meninggalkan dunia dengan sederajat.
Identitas Ketiga Saudara
ketiga bersaudara tersebut adalah keluarga Peverell: Antioch (yang tertua), Cadmus (yang kedua), dan Ignotus (yang bungsu). Harry adalah keturunan dari Ignotus sendiri karena Jubah itu diwariskan di dalam keluarganya. Voldemort, dari Keluarga Gaunt, adalah keturunan dari Cadmus. Harry dan Voldemort memang berhubungan dengan keluarga Peverell, sebagaimana umumnya banyak keluarga-keluarga penyihir memiliki leluhur yang sama.
Saudara yang tertua, yang suka bertempur, meminta tongkat sihir tak terkalahkan yang layak untuk seorang penyihir yang telah mengalahkan Sang Maut. Untuk memenuhinya, Sang Maut mengambil ranting pohon Elder dan menciptakan sebuah tongkat sihir yang diberikannya kepada saudara tertua. Saudara yang kedua, yang angkuh, bermaksud mempermalukan Sang Maut lagi dan meminta kekuatan untuk memanggil yang telah mati. Sang Maut mengambil sebuah batu dari tepi sungai dan memberi tahu bahwa batu itu memiliki kekuatan kebangkitan. Saudara yang ketiga adalah yang paling rendah hati, paling bijaksana, dan tidak mempercayai Sang maut. Ia meminta sesuatu yang dapat membuatnya bepergian tanpa bisa diikuti Sang Maut. Jadi Sang Maut dengan sangat segan memberikan Jubah Gaib kepada saudara yang ketiga.
Setelah beberapa waktu, ketiganya berpisah dan pergi dalam pertualangan mereka masing-masing. Saudara yang tertua bertempur dalam duel yang selalu dimenangkan, membanggakan tongkat sihir yang didapatkannya dari Sang maut. Suatu malam, ketika ia sedang tidur, seorang penyihir yang iri hati mengendap-endap dan menggorok lehernya, lalu mengambil tongkat sihir itu untuk dirinya sendiri. Saudara yang pertama pun jatuh ke tangan Sang Maut. Saudara yang kedua memiliki sebuah rumah dan tinggal di sana sendirian. Ia mengambil batu itu suatu hari dan memutarkannya tiga kali di tangannya. Seorang wanita yang dicintainya, tapi telah meninggal dunia, muncul di sisinya. Wanita itu terpisahkan dari dunia kematian, sedih dan dingin. Saudara yang kedua menjadi gila dan membunuh dirinya sendiri untuk menyusul wanita yang dicintainya. Saudara yang kedua pun jatuh ke tangan Sang Maut. Namun demikian, Sang Maut tidak pernah menemukan saudara yang ketiga sampai ia melepaskan Jubahnya dan memberikannya pada putranya. Sang Maut pun muncul di sisi saudara yang ketiga yang menyambutnya sebagai kawan lama dan mereka pun meninggalkan dunia dengan sederajat.
Identitas Ketiga Saudara
ketiga bersaudara tersebut adalah keluarga Peverell: Antioch (yang tertua), Cadmus (yang kedua), dan Ignotus (yang bungsu). Harry adalah keturunan dari Ignotus sendiri karena Jubah itu diwariskan di dalam keluarganya. Voldemort, dari Keluarga Gaunt, adalah keturunan dari Cadmus. Harry dan Voldemort memang berhubungan dengan keluarga Peverell, sebagaimana umumnya banyak keluarga-keluarga penyihir memiliki leluhur yang sama.
7 horcrux
horcrux adalah suatu tempat dimana seorang penyihir hitam menyembunyikan bagian dari jiwanya untuk tujuan mencapai keabadian.
lord voldemort adalah salah satu penyihir yang di sebutkan telah membuat horcrux dan merupakan satu-satunya penyihir yang menciptakan hrcrux lebih dari satu. ketujuh horcrux yang buat dengan sadar karna baginya angka tujuh adalah angka mistis yang sangat kuat.
buku harian tom riddle- dibuat dari kematian myrtle merana. lucius malfoy yang menyimpan benda ini dan memberikannya pada ginny weasley tanpa disadari bahwa benda ini adalah horcrux.di hancurkan oleh harry potter menggunakan taring basilisk yang menancap pada lengannya ketika membunuh basilisk di kamar rahasia.

cincin marvolo gaunt (batu bertuah)- dibuat dari kematian tom riddle senior. di sembunyikan di pondok gaunt. voldemort tidak menyadari kalo benda itu adalah salah satu dari relikui kematian. di hancurkan oleh albus dumbledore menggunakan pedang gryffindor dan mantra api sehingga tangannya terkena mantra kutukan itu.

liontin salazar slytherin- dibuat dari kematian seorang gelandangan (muggle). di sembunyikan di gua pinggir laut. pertama kalinya di ambil oleh regulus acturus black (R.A.B) lalu di tukar dengan liontin yang sama tetapi palsu. lalu liontin asli di curi oleh mundungus fletcher dan jatuh ke tangan dolores umbrige. harry, ron, dan hermione medapatkan kalung itu dan berhasil di hancurkan oleh ron weasley menggunakan pedang gryffindor.

piala helga hufflepuff- dibuat dari kematian hepzibah smith. di sembunyikan di bank gringotts, lemari besi bellatrix lestrange. di hancurkan oleh hermione granger menggunakan pedang gryffindor.

mahkota rowena ravenclaw- dibuat dari kematian seorang petani albania. di sembunyikan di kamar kebutuhan (hogwarts). di hancurkan oleh harry potter menggunakan taring basilisk lalu di tendang kedalam kamar kebutuhan yang telah habis terbakar api dengan mantra fiendfyre.

harry potter- terbuat dari kematian lily potter. ia adalah satu-satunya horcrux tak terduga dan tak di inginkan voldemort. jika ingin di hancurkan harus dibunuh dengan mantra kutukan kematian dari tangan voldemort sendiri.

nagini- dibuat dri kematian bertha jorkins. ia adalah hewan peliharaan voldemort. dibunuh oleh neville longbottom menggunakan pedang gryffindor dan keluar dari topi seleksi.
lord voldemort adalah salah satu penyihir yang di sebutkan telah membuat horcrux dan merupakan satu-satunya penyihir yang menciptakan hrcrux lebih dari satu. ketujuh horcrux yang buat dengan sadar karna baginya angka tujuh adalah angka mistis yang sangat kuat.
buku harian tom riddle- dibuat dari kematian myrtle merana. lucius malfoy yang menyimpan benda ini dan memberikannya pada ginny weasley tanpa disadari bahwa benda ini adalah horcrux.di hancurkan oleh harry potter menggunakan taring basilisk yang menancap pada lengannya ketika membunuh basilisk di kamar rahasia.

cincin marvolo gaunt (batu bertuah)- dibuat dari kematian tom riddle senior. di sembunyikan di pondok gaunt. voldemort tidak menyadari kalo benda itu adalah salah satu dari relikui kematian. di hancurkan oleh albus dumbledore menggunakan pedang gryffindor dan mantra api sehingga tangannya terkena mantra kutukan itu.

liontin salazar slytherin- dibuat dari kematian seorang gelandangan (muggle). di sembunyikan di gua pinggir laut. pertama kalinya di ambil oleh regulus acturus black (R.A.B) lalu di tukar dengan liontin yang sama tetapi palsu. lalu liontin asli di curi oleh mundungus fletcher dan jatuh ke tangan dolores umbrige. harry, ron, dan hermione medapatkan kalung itu dan berhasil di hancurkan oleh ron weasley menggunakan pedang gryffindor.

piala helga hufflepuff- dibuat dari kematian hepzibah smith. di sembunyikan di bank gringotts, lemari besi bellatrix lestrange. di hancurkan oleh hermione granger menggunakan pedang gryffindor.

mahkota rowena ravenclaw- dibuat dari kematian seorang petani albania. di sembunyikan di kamar kebutuhan (hogwarts). di hancurkan oleh harry potter menggunakan taring basilisk lalu di tendang kedalam kamar kebutuhan yang telah habis terbakar api dengan mantra fiendfyre.

harry potter- terbuat dari kematian lily potter. ia adalah satu-satunya horcrux tak terduga dan tak di inginkan voldemort. jika ingin di hancurkan harus dibunuh dengan mantra kutukan kematian dari tangan voldemort sendiri.

nagini- dibuat dri kematian bertha jorkins. ia adalah hewan peliharaan voldemort. dibunuh oleh neville longbottom menggunakan pedang gryffindor dan keluar dari topi seleksi.

Selasa, 29 Maret 2011
lelah hati kami
mengapa di satukan mereka yang tak satu?
mengapa tak di biarkan yang beda itu berpisah?
dan mengapa harus di paksakan untuk di pertahankan?
bukankah yang tak satu memang sulit bersatu?
bukankah akan terlihat jelas perbedaan itu jika tak di pisahkan?
dan bukankah hasilnya tak akan baik jika di paksakan?
jangan anda jadikan kami sebagai alasan,
karna sebenarnya anda hanya tak bisa sendirian.
jangan anda katakan itu akan mati,
karna sebenarnya anda hanyak tak mau menghidupkannya lagi.
dan jangan anda menginginkan sesuatu,
karna sebenarnya anda pun tak mau memberi sesuatu.
mengapa anda kembali namun tak berarti?
pergilah! dan coba mengerti dan pahami,
bahwa telah lelah hati kami ini.


adel
mengapa tak di biarkan yang beda itu berpisah?
dan mengapa harus di paksakan untuk di pertahankan?
bukankah yang tak satu memang sulit bersatu?
bukankah akan terlihat jelas perbedaan itu jika tak di pisahkan?
dan bukankah hasilnya tak akan baik jika di paksakan?
jangan anda jadikan kami sebagai alasan,
karna sebenarnya anda hanya tak bisa sendirian.
jangan anda katakan itu akan mati,
karna sebenarnya anda hanyak tak mau menghidupkannya lagi.
dan jangan anda menginginkan sesuatu,
karna sebenarnya anda pun tak mau memberi sesuatu.
mengapa anda kembali namun tak berarti?
pergilah! dan coba mengerti dan pahami,
bahwa telah lelah hati kami ini.


adel
Langganan:
Postingan (Atom)